Tuesday, June 29, 2010

WONG FEI HONG SEORANG MUSLIM?

Justify Full
Wong Fei Hong
Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?
Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.
Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.
Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya.

Amiin.
Tiga Perkara Kebaikan dan Keburukan.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Seorang Mukmin sentasa berhati-hati ketika menjalani kehidupan ini, supaya setiap amal soleh, ibadah dan perbuatannya dapat diterima oleh Allah s.w.t. sebagai amal soleh dan pada masa yang sama dapat menyelamatkan dirinya daripada kemurkaan Allah s.w.t.dengan meninggalkan segala tegahan-Nya

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Tiga perkara yang menyelamatkan , iaitu takut pada Allah ketika bersendirian dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, berjimat cermat ketika susah dan senang, dan tiga perkara yang membinasakan iaitu mengikut hawa nafsu, terlampau bakhil dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri.”

Berdasarkan hadis di atas dapatlah kita mengambil pengajaran bahawa terdapat tiga perkara yang menyelamatkan dan tiga perkara yang menyesatkan. Bila kita laksanakan dan tinggalkan ketiga perkara tersebut maka kita akan menjadi hamba Allah yang dikasihi-Nya

Tiga perkara yang menyelamatkan :

1.Takut pada Allah ketika bersendirian dan khalayak ramai.
Sabda Nabi s.a.w yang bermaksud, " Wahai Muaz, takutlah Allah, dimana kamu berada, dan turutilah kejahatan dengan kebaikan yang akan memadamkannya dan berakhlaklah dengan manusia dengan akhlak yang baik"
( Hadis Sahih Riwayat Tirmizi)

Thauban meriwayatkan satu pesanan junjungan , bahawa Nabi s.a.w bersabda yang bermaksud : “ Aku sangat jelas mengetahui bahawa ada golongan dari umatku yang akan datang pada hari Qiyamat dengan amalan soleh sebesar gunung Tihamah, tetapi Allah akan menjadikannya seperti debu-debu berterbangan.”

Thauban bertanya : “Wahai Rasulullah, ceritakanlah tentang mereka kepada kami dan beritahulah kami lagi, supaya kami tidak menjadi seperti mereka.”

Baginda bersabda lagi yang bermaksud : “Mereka adalah saudara kamu dan dari kaum kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu, tetapi mereka adalah orang yang apabila mereka bersendirian, mereka akan melanggar larangan Allah.”
(Hadis Riwayat Ibn Majah)

2. Berlaku adil ketika suka dan marah.
Daripada Abu Hurairah r.a. beliau berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: Setiap anggota badan manusia adalah sedekah baginya pada setiap hari apabila terbit matahari; engkau berlaku adil (iaitu mendamaikan) antara dua orang (iaitu dua orang yang berbalah) adalah sedekah.."
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

“Daripada Aishah r.a. katanya, aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda dalam rumahku ini, “ Ya Allah, sesiapa yang mentadbir sesuatu urusan pemerintahan umatku, kemudian ia melakukan kezaliman ke atas mereka (berlaku tidak adil), maka kembalikan kezaliman itu ke atas mereka. Sesiapa yang mentadbir sesuatu urusan pemerintahan umatku, dengan menunjukkan kasih sayang kepada mereka, maka kasihilah orang tersebut”.
(Hadis Riwayat Muslim)

Berlaku adil yang bermaksud meletakkan sesuatu pada tempatnya tanpa ada diskriminasi dan beremosi. Ini termasuk memberikan hak kepada yang berhak yang bukan terhad pada hubungan antara sesama makhluk sahaja malah dalam menjaga hubungan dengan Tuhan. Sifat adil akan menghidupkan suasana berkasih sayang dalam masyarakat.

3. Berjimat ketika senang dan susah.
Orang yang membelanjakan hartanya untuk jalan yang betul, yang diharuskan syarak, maka ia tidak diperkira sebagai membazir atau sia-sia. Orang yang mengorbankan hartanya dijalan Allah demi untuk kemaslahatan Islam maka itu tidak termasuk dalam amalan membazir. Begitu juga mereka yang menghabiskan sebahagian daripada hartanya untuk menyekolahkan anak, membina bangunan untuk tempat kediaman atau mengeluarkan hartanya untuk membeli kereta bagi keperluan harian. Namun demikian, orang yang mengeluarkan sebahagian harta bendanya, biarpun untuk membeli bahan makanan yang sedikit, tetapi disedari makanan tersebut tidak diperlukan dan terbuang begitu sahaja, maka perbuatan itu termasuk dalam perbuatan membazir.

Islam dengan tegas menegah seseorang membeli barang melebihi keperluan hidup atau berbelanja mengatasi jarum penunjuk pendapatan, lantaran akibatnya akan menimbulkan pembaziran yang dibenci Allah. Jika berbelanja melampaui batas untuk tujuan bermegah-megah, sehingga berlaku pembaziran hanya saja akan menggambarkan tingkah laku orang yang tidak tahu bersyukur dengan nikmat Allah. Sesungguhnya membazir itu adalah amalan syaitan sebagaimana keterangan daripada ayat yang bermaksud:

“Dan jangan membelanjakan hartamu dengan boros yang melampau-lampau. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara syaitan, sedangkan syaitan itu pula adalah makhluk yang sangat kufur kepada Tuhannya.”
(Surah al-Israk ayat 26 – 27)

Tiga perkara yang membinasakan :

1. Mengikut hawa nafsu .
Firman Allah s.w.t yang bermaksud :
"Dan demi jiwa dan penciptaannya yang sempurna, maka Allah mengilhamkan (menunjukkan) jalan kejahatan dan jalan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan rugilah orang yang mengotorinya."
(Surah As-Syams ayat 7-10)

Rasulullah s.a.w.telah bersabda:
"Seseorang kamu tidak benar-benar beriman sehinggalah hawa nafsunya tunduk menuruti ajaran yang
aku bawa."

Hadis ini menerangkan salah satu daripada tuntutan iman, iaitu mestilah hawa nafsunya tunduk dan
menurut ajaran yang dibawa oleh Junjungan Besar Nabi Muhammad s.a.w.. Sekiranya dia
mengutamakan hawa nafsunya daripada mengamalkan ajaran lslam, menyintai maksiat daripada amal
kebajikan, maka imannya tidak sempurna.

2. Terlampau bakhil (kedekut)
Nabi s.a.w. berwasiat kepada Sayyidina Ali k.w, maksudnya :
"Wahai Ali ! Orang yang pemurah itu dekat dengan Allah, dekat dengan rahmat-Nya serta jauh dari seksa-Nya, sedangkan orang bakhil (kedekut) itu jauh dari Allah, jauh dari rahmat-Nya serta dekat dengan seksa-Nya.

Wahai Ali ! Saya melihat tulisan pada pintu Syurga yang berbunyi "Syurga itu diharamkan bagi setiap orang yang bakhil (kedekut), orang yang derhaka kepada kedua orang tuanya, dan bagi orang yang suka mengadu domba (mengasut)."

Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: ”Sesiapa yang ditanya tentang ilmu lalu dia menyembunyikannya akan diikat mulutnya (meletakkan kekang di mulutnya seperti kuda) dengan kekang dari api Neraka pada Hari Kiamat.”
(Hadis Riwayat Abu Daud dan at-Tirmidzi)

Kita perlu ingat dengan larangan Rasulullah terhadap orang kedekut ini sebagaimana maksud hadis:

“… dan takutlah kamu dari sifat kikir, kerana sesungguhnya sifat kikir itu telah membinasakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka melakukan pertumpahan darah dan menghalalkan semua yang diharamkan Allah.”
(Hadis Riwayat Muslim)

3. Kagum dengan diri sendiri.(Sifat ujub)
Firman Allah s.w.t maksudnya, ".....Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." (Surah. Al Qashash ayat 76)

Kagum dengan diri sendiri iaitu ujub dengan kelebihan diri sehingga menjadikan seseorang itu bersikap angkuh dan sombong serta suka menghina orang lain menyebabkan dia akhirnya disisihkan daripada masyarakat.

Salah satu sifat mazmumah yang amat dibenci Islam dan tidak disenangi dalam masyarakat ialah sifat ujub (perasan diri lebih). Ujub dapat diertikan sebagai ‘menganggap dan melihat diri lebih daripada orang lain’. Dengan menganggap diri lebih, seperti dari segi pengetahuannya, kealimannya, ibadatnya atau lebih kekayaannya daripada orang lain. Ujub ini sifat tercela, ia perlu segera dikikis dan dijauhi umat Islam kerana boleh mendorong kepada pelbagai sifat yang lebih buruk lagi, misalnya sombong, takbur, gila hormat, meremehkan orang lain dan sebagainya

Sahabat yang dikasihi Allah,
Marilah sama-sama kita mengambil iktibar di daripada hadis di atas iaitu supaya kita sentiasa merasai takut kepada Allah s.w.t. ketika berseorangan atau ada orang ramai , hanya jiwa yang beriman akan merasai kehadiran Allah s.w.t di di dalam seluruh kehidupannya. Merasai cctv Allah s.w.t. memfokus dan merakamkan seluruh amalan-amalannya baik yang nampak atau tersenbunyi.

Sentiasa berlaku adil walaupun kepada musuh samaada ketika suka atau marah. Kerana sifat adil adalah lebih hampir kepada sifat takwa.Dan salah satu sifat berjimat cermat dan tidak boros adalah satu sifat yang terpuji, Allah s.w.t. samakan orang yang bersifat boros adalah kawan syaitan. Sesungguhnya syaitan lebih suka membawa manusia kepada kebinasaan.

Perkara-perkara yang membinasakan manusia adalah suka mengikut hawa nafsu,sifat bakhil dan sifat ujub. Ketiga-tiga perkara ini semuanya membawa kepada kemurkaan Allah s.w.t. Sesiapa yang mengekalkan ketiga-tiga sifat ini sebenarnya ia menempahkan tempat duduknya di Neraka, nauzubillah. Oleh itu marilah sama-sama kita insaf dan sentiasa kembali kepada keredhaan Allah dan menjauhi larangan-Nya.